PUSKESMAS Pamotan -Rembang

Senyum Sapa Ramah Dalam Pelayanan

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
PUSKESMAS PAMOTAN TERDEPAN DALAM PELAYANAN

11.8.09

jERAWAT / ACNE

Diposting oleh puskesmas pamotan

Acne atau jerawat merupakan suatu masalah yang mengganggu, sekitar 80%
remaja dan anak muda yang berusia 11 hingga 30 tahun mengalami masalah
jerawat. Beberapa tahun belakangan ini para ahli terus-menerus
mempelajari patogenesis terjadinya penyakit tersebut.



Sejak 25 tahun yang lalu, berbagai obat sistemik dan topikal terus
menerus berkembang sebagai terapi kasus acne terutama untuk jenis acne
vulgaris. Berbagai petunjuk penanganan terus menerus berubah karena
hasil perkembangan penelitian yang juga terus berjalan.



Saat ini pendekatan terapi acne dimulai dengan penilaian riwayat
ataupun kebiasaan pasien. Hal-hal yang dinilai termasuk tingkat
keparahan acne, tipe dari lesinya ada atau tidaknya jaringan parut,
pengaruh fisiologis dari penyakit ini dan pengalaman menggunakan
berbagai obat anti jerawat (obat yang diresepkan oleh dokter ataupun
obat yang dijual bebas).



Sebagai farmakologi terapi acne, retinoid topikal merupakan terapi lini
peertama untuk semua jenis kasus acne terutama kasus berat. Bila ada
lesi inflamasi namun jenis acnenya ringan atau sedang antimikrobial
topikal sebaiknya dikombinasi dengan retinoid topikal untuk mempercepat
terjadinya penyembuhan. Untuk kasus acne berat kombinasi antibiotik
oral dengan retinoid topikal dan atau benzoyl peroxide. Sedangkan untuk
kasus acne yang sangat parah seperti acne konglobata pemberian
isotretinoin dapat menjadi pilihan.



Melakukan maintenance terapi untuk acne sangatlah penting, mengingat penyakit ini cenderung berulang bila terapi dihentikan.



posted by dekock @ 06:48 0 comments

Indonesia Urutan Ke-4 Penderita kencing manis (diabetes melitus)



Kalbefarma - Ada sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan
survey WHO, jumlah penderita kencing manis (diabetes melitus/DM) di
Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk) atau
menduduki urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat
(AS).



"Banyaknya penderita diabetes di Indonesia karena gaya hidup masyarakat
yang tidak memperhatikan pola hidup sehat, seperti mengkonsmsi gizi
seimbang dan berolah raga cukup," ujar Menkes Siti Fadilah Supari pada
pada dialog tentang Dibetes memperingati Hari Lanjut Usia (Lansia)
Nasional di Jakarta, beberapa bulan yang lalu. Menurut Menkes, jika
penderita diabetes tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darahnya,
akibatnya akan terjadi komplikasi misalnya terkena stroke, gagal
ginjal, jantung, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika
anggota badan menderita luka yang tidak bisa mengering darahnya.



Menkes berharap, masyarakat termasuk Yayasan Pelita Usila sebagai
penyelenggara dialog diabetes ikut mensosialisasikan penanggulangan DM,
baik secara medis seperti pemberian obat-obatan maupun non-medis
melalui pencegahan seperti mengurangi konsumsi makanan mengandung gula
dan berolahraga.



Survei Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada 2001 menyebutkan jumlah
penderita DM di Indonesia mencapai 8,6 persen, terjadi peningkatan
jumlah DM di Jakarta dari 1,7 persen pada tahun 1981 menjadi 5,7 persen
pada tahun 1993. International Diabetic Federation (IDF)
mengestimasikan bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ketas
menderita DM sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat
menjadi 8,2 juta pada 2020, sedang Survei Depkes 2001 terdapat 7,5
persen penduduk Jawa dan Bali menderita DM. Data Depkes tersebut
menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan jalan
menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit
dalam. (PT. Liza Herbal International)



posted by dekock @ 06:42 0 comments

Friday, May 12, 2006

Relaksasi membuat hasil pemeriksaan tekanan darah lebih akurat





Kalbefarma - Melakukan relaksasi beberapa menit sebelum melakukan
pemeriksaan tekanan darah akan memberikan hasil yang lebih baik dan
tepat, dilaporkan suatu hasil penelitian dari Universitas Virginia
Health System.



Didapatkan tekanan darah sistolik rata-rata 14 poin lebih tinggi saat
pemeriksaan tekanan darah dilakukan segera setelah pasien datang tanpa
melakukan relaksasi berupa duduk bersandar dengan kaki diluruskan ke
lantai bila dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya melakukan
relaksasi.



Semua partisipan yang diteliti memiliki tekanan darah sistolik dan
diastolik yang lebih rendah setelah sebelumnya mereka melakukan
relaksasi.



Para ahli tersebut menjelaskan bahwa perbedaan nilai hingga 14 poin
tersebut memiliki arti yang berbeda dan dapat menyebabkan diagnosis
menjadi tidak akurat.



Selama ini kebanyakan orang datang ke tempat pemeriksaan kemudian
segera melakukan pemeriksaan tekanan darah, Melly Turner seorang
peneliti menjelaskan. Anjuran dari American Heart Association's, tehnik
yang benar adalah relaksasi sekitar 5 menit dengan cara duduk bersandar
dan kaki diluruskan kedepan, baru kemudian tekanan darah diperiksa.
Tehnik ini akan menghasilkan nilai yang lebih tepat dan akurat.



Temuan ini dipresentasikan dalam pertemuan Preventative Cardiovascular Nurses Association.



Setiap orang seharusnya mengetahui nilai tekanan darah mereka, Turner
mengatakan. Jika mereka didiagnosis memiliki tekanan darah tinggi,
dengan cepat mereka dapat melakukan tindakan hingga tekanan darahnya
dapat kembali normal. Para ahli tersebut menyebutkan perubahan gaya
hidup perlu dilakukan yaitu menjaga keseimbangan makan, menekan asupan
lemak yang terlalu banyak, kurangi penggunaan garam dan melakukan
olahraga rutin 30 menit setiap harinya.

0 komentar:

Posting Komentar